Minggu, 29 April 2012

Sejarah Kelahiran ICMI


Kelahiran ICMI bukankah sebuah kebetulah sejarah belaka, tapi erat kaitannya dengan perkembangan global dan regional di luar dan di dalam negeri. Menjelang akhir dekade 1980-an dan awal dekade 1990-an, dunia ditandai dengan berakhirnya perang dingin dan konflik ideologi.
Seringin dengan itu semangat kebangkitan Islam di belahan dunia timur ditandai dengan tampilnya Islam sebagai ?ideologi peradaban? dunia dan kekuatan altenatif bagi perkembangan perabadan dunia. Bagi Barat, kebangkitan Islam ini menjadi masalah yang serius karena itu berarti hegemoni mereka terancam. Apa yang diproyeksikan sebagai konflik antar peradaban lahir dari perasaan Barat yang subyektif terhadap Islam sebagai kekuatan peradaban dunia yang sedang bangkit kembali sehingga mengancam dominasi peradaban Barat.
Kebangkitan umat Islam ditunjang dengan adanya ledakan kaum terdidik (intelectual booming) yang di kalangan kelas menengah kaum santri Indonesia. Program dan kebijakan Orde Baru secara langsung maupun tidak langsung telah melahirkan generasi baru kaum santri yang terpelajar, modern, berwawasan kosmopolitan, berbudaya kelas menengah, serta mendapat tempat pada institusi-institusi modern. Pada akhirnya kaum santri dapat masuk ke jajaran birokrasi pemerintahan yang mulanya didominasi oleh ?kaum abangan? dan di beberapa tempat oleh non muslim. Posisi demikian jelas berpengaruh terhadap produk-produk kebijakan pemerintah.
Dengan kondisi yang membaik ini, maka pada dasa warsa 80-an mitos bahwa umat Islam Indonesia merupakan ?mayoritas tetapi secara teknikal minoritas? runtuh dengan sendirinya. Sementara itu, pendidikan berbangsa dan bernegara yang diterima kaum santri di luar dan di dalam kampus telah mematangkan mereka buka saja secara mental, tapi juga secara intelektual. Dari mereka itulah lahir critical mass yang responsif terhadap dinamika dan proses pembangunan yang sedang dijalankan dan juga telah memperkuat tradisi inteletual melalui pergumulan ide dan gagasan yang diekpresikan baik melalui forum seminar maupun tulisan di media cetak dan buku-buku. Seiring dengan itu juga terjadi perkembangan dan perubahan iklim politik yang makin kondusif bagi tumbuhnya saling pengertian antara umat Islam dengan komponen bangsa lainnya, termasuk yang berada di dalam birokrasi.
2. Detik-detik Kelahiran ICMI
Kelahiran ICMI berawal dari diskusi kecil di bulan Februari 1990 di masjid kampus Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Sekelompok mahasiswa merasa prihatin dengan kondiri umat Islam, terutama kadena ?berserakannya? keadaan cendekiawan muslim, sehingga menimbulkan polarisasi kepemimpinan di kalangan umat Islam. Masing-masing kelompok sibuk dengan kelompoknya sendiri, serta berjuang secara parsial sesuai dengan aliran dan profesi masing-masing.
Dari forum itu kemudian muncul gagasan untuk mengadakan simposium dengan tema ?Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas? yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 September ? 1 Oktober 1990. Mahasiswa Unibraw yang terdiri dari Erik Salman, Ali Mudakir, M. Zaenuri, Awang Surya dan M. Iqbal berkeliling menemui para pembicara, di antaranya Immaduddin Abdurrahim dan M. Dawam Rahardjo. Dari hasil pertemuan tersebut pemikiran mereka terus berkembang sampai muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan muslim yang berlingkup nasional. Kemudian para mahasiswa tersebut dengan diantar Imaduddin Abdurrahim, M. Dawam Rahardjo dan Syafi?i Anwar menghadap Menristek Prof. B.J. Habibie dan meminta beliau untuk memimpin wadah cendekiawan muslim dalam lingkup nasional. Waktu itu B.J. Habibie menjawab, sebagai pribadi beliau bersedia tapi sebagai menteri harus meminta izin dari Presiden Soeharto. Beliau juga meminta agar pencalonannya dinyatakan secara resmi melalui surat dan diperkuat dengan dukungan secara tertulis dari kalangan cendekiawan muslim. Sebanyak 49 orang cendekiawan muslim menyetujui pencalonan B.J. Habibie untuk memimpin wadah cendekiawan muslim tersebut.
Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah pertemuan di rumahnya, B.J. Habibie memberitahukan bahwa usulan sebagai pimpinan wadah cendekiawan muslim itu disetujui Presiden Soeharto. Beliau juga mengusulkan agar wadah cendekiawan muslim itu diberi nama ?Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia?, disingkat ICMI.
Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan muslim bertemu lagi dalam rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan bulan Desember. Pada tanggal 25-26 November 1990, sekitar 22 orang cendekiawan yang akan membentuk wadah baru berkumpul di Tawangmangu, Solo dalam rangka merumuskan beberapa usulan untuk GBHN 1993 dan pembangunan Jangka Panjang Tahap kedua 1993-2018 serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI.
Pelaksanaan simposium sempat terganggu oleh gugatan tentang rencana B.J. Habibie sebagai calon Ketua Umum ICMI karena beliau sebagai birokrat. Kepemimpinannya dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kebebasan para cendekiawan muslim. Tanggal 30 November ? 1 Desember, panitia secara khusus mengadakan rapat untuk menjawab isu negatif soal pemilihan Habibie. Dari pertemuan tersebut menghasilkan beberapa komitmen, pertama, berdirinya ICMI merupakan ungkapan syukur umat Islam yang mempu melahirkan sarjana dan cendekiawan. Kedua, untuk memimpin ICMI diperlukan tokoh cendekiawan muslim yang reputasi nasional dan internasinal serta dapat diterima oleh umat Islam, masyarakat Indonesia maupun pemerintah. Ketiga, hanya Unibraw ?salah satu wahana keilmuan- yang cukup pantas melahirkan organisasi itu, apalagi pemerkasanya adalah mahasiswa univeritas tersebut. Halangan juga sempat datang dari aparat keamanan setempat. Dalam rapat gabungan antara penyelenggara, pemda dan aparat keamanan di Surabaya, empat hari menjelang acara, aparat keamanan menyoal pembentukan organisasi tersebut. ICMI, kata mereka harus diwaspadai. Tapi Abdul Aziz Hosein yang menghadiri acara tersebut sebagai panitia penyelenggara mengatakan bagaimanapun ICMI akan terbentuk karena presiden sudah menyetujui dan AD/ART-nya sudah disusun.
Tanggal 7 Desember 1990 merupakan lembaran baru dalam sejarah umat Islam Indonesia di era Orde Baru, secara resmi Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dibentuk di Malang. Saat itu juga secara aklamasi disetujui kepemimpinan tunggal dan terpilih Bahharuddin Jusup Habibie sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa dengan berdirinya ICMI tidak berarti kita hanya memperhatikan umat Islam, tetapi mempunyai komitmen memperbaiki nasib seluruh bangsa Indonesia, karena itu juga merupakan tugas utama.
Falsafah Dasar ICMI
  1. Carilah titik temu pendapat para Ormas Islam dan para anggotanya.
  2. Kembangkan titik-titik temu tersebut menjadi garis temu.
  3. Kembangkan garis-garis temu tersebut menjadi permukaan – permukaan temu.
  4. Rekatkan sepanjang masa sampai ke akhirat permukaan-permukan temu terseut dengan ajaran kitab suci Al-Qur’an.
Prinsip Dasar ICMI
Adapun Prinsip Dasar ICMI yaitu 5 K :
  1. Meningkatkan Kwalitas Berpikir
  2. Meningkatkan Kwalitas Bekerja
  3. Meningkatkan Kwalitas Berkarya
  4. Mneingkatkan Kwalitas Iman dan Taqwa seimbang dengan penguasaan Kwalitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
  5. Meningkatkan Kwalitas Hidup.
Definisi Cendekiawan ICMI
Cendekiawan ICMI adalah siapa saja yang sangat peduli terhadap lingkungan dan tidak tergantung dari tingkat pendidikan ataupun tingkat pembudayaan yang pernah dialami. Cendekiawan ICMI menerima filsafat dasar dan prinsip dasar ICMI.

Sumber : http://www.icmi.or.id

Rabu, 04 April 2012

Lambang HMI


Makna Lambang HMI

Lambang HMI diciptakan oleh seorang kader HMI Cabang Bandung, Ahmad Sadali. Lahir di Garut Jawa Barat pada 1924, Ahmad Sadali dikemudian hari menjadi Guru Besar di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga wafat pada 1987.

Bentuk Huruf Alif:

  • Alif sebagai hur

    Lambang HMI diciptakan oleh seorang kader HMI Cabang Bandung, Ahmad Sadali. Lahir di Garut Jawa Barat pada 1924, Ahmad Sadali dikemudian hari menjadi Guru Besar di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga wafat pada 1987.

    Bentuk Huruf Alif:

  • Alif sebagai huruf hidup, melambangkan optimisme kehidupan HMI.

  • Huruf Alif merupakan angka 1 (satu) sebagai lambang tauhid.

Bentuk Perisai:

  • Lambang Kepeloporan HMI.

Bentuk Jantung:

  • Jantung adalah pusat kehidupan manusia. Sebagai lambang fungsi perkaderan HMI.

Bentuk Pena:

  • Melambangkan bahwa HMI organisasi mahasiswa yang senantiasa haus akan ilmu pengetahuan & teknologi.

Gambar Bulan Bintang:

  • Melambangkan kejayaan umat Islam seluruh dunia.

Warna Hijau:

  • Melambangkan keimanan dan kemakmuran.

Warna Hitam:

  • Melambangkan ilmu pengetahuan.

Kesimbangan Warna Hijau dan Hitam:

  • Melambangkan keseimbangan, hakiki kepribadian HMI.

Warna Putih:

  • Melambangkan kemurnian dan kesucian perjuangan HMI.

Puncak Tiga:

  • Lambang Islam, Iman dan Ikhsan.

  • Lambang Iman, Ilmu dan Amal.

Tulisan HMI:

  • Singkatan dari Himpunan Mahasiswa Islam.

  • uf hidup, melambangkan optimisme kehidupan HMI.

  • Huruf Alif merupakan angka 1 (satu) sebagai lambang tauhid.

Bentuk Perisai:

  • Lambang Kepeloporan HMI.

Bentuk Jantung:

  • Jantung adalah pusat kehidupan manusia. Sebagai lambang fungsi perkaderan HMI.

Bentuk Pena:

  • Melambangkan bahwa HMI organisasi mahasiswa yang senantiasa haus akan ilmu pengetahuan & teknologi.

Gambar Bulan Bintang:

  • Melambangkan kejayaan umat Islam seluruh dunia.

Warna Hijau:

  • Melambangkan keimanan dan kemakmuran.

Warna Hitam:

  • Melambangkan ilmu pengetahuan.

Kesimbangan Warna Hijau dan Hitam:

  • Melambangkan keseimbangan, hakiki kepribadian HMI.

Warna Putih:

  • Melambangkan kemurnian dan kesucian perjuangan HMI.

Puncak Tiga:

  • Lambang Islam, Iman dan Ikhsan.

  • Lambang Iman, Ilmu dan Amal.

Tulisan HMI:

  • Singkatan dari Himpunan Mahasiswa Islam.

HYMNE HMI

bersyukur dan ikhlas
himpunan mahasiswa islam
yakin usaha sampai
untuk kemajuan
hidayah dan taufik
bahagia HMI...

berdoa dan ikhlas
menjungjung tinggi siar islam
turut qur'an dan hadist
jalan keselamatan
ya Allah berkati..
bahagia HMI....

Senin, 02 April 2012

LAMBANG UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJUR


SEJARAH BERDIRINYA KOMUNITAS PERADILAN SEMU FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJUR

Berawal dari kegiatan lembaga Fakultas Hukum Universitas Suryakancana Cianjur mengadakan Study Banding ke Fakultas Hukum Gajah Mada (UGM) Yogyakarta di tahun 2009. Salah satu aspek yang di dapat adalah adanya ruangan peradilan semu/Moot Court. Setelah itu ada keinginan untuk memiliki Ruangan peradilan semu di Fakultas Hukum Universitas Suryakancana Cianjur, di tahun 2010 alhamdulillah sudah terwujud ruang peradilan semu. Agar ruangan tidak hanya menjadi ruangan yang hanya mempercantik fakultas saja, oleh karena itu mahasiswa mencari informasi dari senior kala itu (FirmanMulyadi SH – Dimisioner Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Suryakancana Cianjur/Presma BEM-KM UNSUR Periode 2009-2010). Didapatkanlah informasi mengenai Piala Kejaksaan Republik Indonesia National Moot Court Competition 2010, Universitas Pancasila Jakarta. Disinilah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Suryakancana Cianjur mulai berpartisipasi di dunia peradilan semu, dimulai dari menjadi observer. FebriArianto (Ketua BEM FH UNSUR) dan M Rendi Aridhayandi (Sekertaris BEM FH UNSUR) yang mewakili. Di sela-sela observer tersebut berdiskusi dengan Bang Tulus Hasudungan Pardosi (Universitas Dipenogoro Semarang) yang berkata sekarang boleh menjadi observer dan dua (2) pengalaman menjadi observer cukup untuk nantinya berkiprah menjadi delegasi peserta MCC.

Setelah Observer di Universitas Pancasila Jakarta, di tahun 2011 kami (M RendiAridhayandi,  AgungNugraha, MochHarizal, IndrawanSeptiana, dan Ahmad TajudinAzhari) berniat untuk mengenal dunia Peradilan Semu Nasional dan berangkat ke Semarang. Bersilahturahmi dengan rekan-rekan Universitas Dipenogoro dan Universitas Negeri Semarang. Dengan tujuan ingin mendapatkan pengalaman, pembelajaran, dan akhirnya akan membentuk Komunitas Peradilan Semu di kampus kami. Sepulangnya dari Semarang kami menyerahkan laporan-laporan dan meminta Dekanat beserta Pimpinan untuk pembentukan Komunitas Peradilan Semu. Lahirlah AD/ART dan SK Kepengurusan yang bersifat otonom. Setelah dari sana kami mendapat undangan Musyawarah Nasional Himpunan Komunitas Peradilan Semu Indonesia II (Munas HKPSI II) di Universitas Pancasila Jakarta. Dengan perjuangan kami Komunitas Peradilan Semu Fakultas Hukum Universitas Suryakancana Cianjur menjadi anggota Aktif Himpunan Komunitas Peradilan Semu Indonesia. Serta secara resmi Komunitas Peradilan Semu Fakultas Hukum Universitas Suryakancana Cianjur berdiri pada tanggal 14 Maret 2011.